BUAIAN MALAM
Serangkaian
kejadian aneh mengiringi hari-hari yang tak wajar itu. Ada yang berbeda dengan Diah. Keceriaan yang
selalu menyelimuti hidupnya kini tak tampak lagi. Dia lebih memilih mengurung
diri dikamar. Mungkin dunianya telah teralihkan oleh kamarnya itu.
Babak 1
Siang
itu teman-teman Diah datang ke rumahnya
untuk menengok keadaan Diah.
Anton
: “ Bagaimana keadaan Diah mbok?”
Mbok
Yah : “ Aaanuu den,masih belum ada
perkembangan” (sambil menyiapkan minuman )
Raras :
“ Bolehkah kita masuk ke kamarnya mbok?”
Mbok Yah : “ monggo non,den.”
Mereka
menuju kamar Diah
Raras
: “ Diah...Diah ini Raras
, tolong bukakan pintunya ?” (sambil menggedor-gedor pintu kalimat itu berulang
kali)
Anton :
“ Kami merindukanmu Diah” (air mata menetesi pipinya)
Selama
setengah jam mereka berdiri di depan kamar Diah,tapi tak ada jawaban apapun.
Anton :
“ ya ,sudahlah ras,pasti akan percuma” (Bisik pada raras dengan nada lirih)
Raras :
“ Mengapa Diah menjadi seperti ini Mbok ?”
Mbok
Yah : “Si Mbok juga boten ngertos
non,yang jelas sampai saat ini, non Diah masih gemetar jika melihat darah. Non
Diah juga belum mau keluar kamar sejak kejadian itu padahal kejadian itu sudah
lumayan lama berselang .”( berbisik pada teman-teman Diah)
Raras
: “Semoga Diah bisa kembali
seperti dulu” (ucapnya dengan menundukan kepala)
Anton : “ kalau begitu tolong sampaikan
salam kami pada Diah ya mbok. Tolong sampaikan juga pada Diah, Bahwa kami
sangat merindukannya dan kami berharap agar ia dapat kembali bersekolah seperti
dulu.”
Mbok Yah : “ iya den..”
Anton :
“ ayo ras, kita pulang”
Raras :
“kamu duluan aja, ton”
Anton : “ ya udah
kamu hati hati nanti pulangnya”
Siang
itu semuanya pulang, kecuali Raras. Ia masih mempertahankan duduk manisnya
dalam dekapan sofa ruang tamu.
Raras : “ Sudah berapa lama Diah tak
keluar kamar mbok ? “
Mbok
Yah : “ eh.. anu non, sudah sejak
bapak masuk rumah sakit sekitar tiga bulan yang lalu.” , (dengan logat jawa
yang kental)
Raras : “lalu mengapa sampai saat ini
Diah belum mau masuk sekolah, mbok ? “(dengan nada penasaran).
Mbok
Yah :“ mbok juga tidak tahu non,
sampai saat ini non Diah tidak pernah menjawab pertanyaan mbok”
BABAK 2
Mobil
itu melaju dengan kencangnya, mengantarkan anak dan ayah didalamnya dan
berbincang dengan akrabnya.
Diah :
“ Yah,kita mau makan malam dimana ?”
Pak Alif : “Di tempat biasa nak ,yang waktu itu ayah sama bunda
sering kesana”
Diah :
“ Ayah, kenapa ? hidung ayah mengeluarkan banyak darah ?” (panik)
Pak
Alif : “tidak apa-apa nak.” (sambil
sesekali mengusap darah yang keluar dari hidungnya)
Diah :
“ahhh..... (memalingkan muka dari hadapan ayahnya)
Diah :
“ahhhh (keringatnya mulai membasahi tubuh)
Pak Alif : “ kamu kenapa Diah ?”
Diah :
“ aku tidak tahan .” ( teriaknya sambil menggigit leher Pak Alif)
Mobil
silver yang dikendarainya oleng dan tetesan darah berceceraan dimana-mana.
Babak 3
Raras :
“ sebenarnya apa penyebab dari kecelakaan itu mbok ?”
Mbok
Yah : “ entahlah, menurut polisi
dilehernya terdapat dua lubang seperti gigitan ular”
Raras : “ mana bisa ular masuk ke dalam
mobil ? Sepertinya ada yang sengaja mau mencelakakan Pak Alif dan Diah ”
Mbok
Yah : “tapi siapa yang mau
mencelakakan tuan Rudi dan non Diah, mereka sangat baik pada semua orang dan mbok rasa tuan Rudi dan
non Diah tidak mempunyai musuh”
Raras :
“mungkin ada yang iri mbok,”
Mbok
Yah : “tidak tahu juga non, non hari
sudah larut sebaiknya pulang takutnya orang tua non kwatir”
Raras : “iya sudah ya mbok, Raras
pulang dulu takut ibu kwatir. Semoga secepatnya Diah mau keluar ya mbok” (sambil
beranjak dari sofa)
Babak 4
Hari
itu cuaca begitu cerah ,namun rumah megah itu terlihat bagaikan mendung yang
meyelimuti bumi, Si mbok yang setia terhadap keluarga pak Alif selalu membantu
setiap pekerjaan keluarga tersebut, subuh itu seperti biasanya si mbok bangun
lebih awal untuk melaksanakan semua pekerjaannya, sebelum beraktivitas si mbok
mengambil air wudhu untuk sholat. Selesai sholat ketika hendak membawa
peralatan kebersihan di belakang.
Mbok
Yah : “Aaa... Apa yang terjadi,
kenapa banyak bangkai tikus di sini padahal selama ini tempat ini selalu mbok
bersihkan”. (teriak si mbok terkejut)
Bu Sarah :
“ ada apa sih mbok ? teriak teriak kayak ada maling”
Mbok Yah :
“anu non .....” (menunjukan bangkai tikus)
Bu Sarah :“mengapa bisa seperti ini mbok ?“
Mbok Yah :“Si mbok juga kurang tau Nyah “ (ketakutan dan penasaran)
Setelah
kejadian itu Bu Sarah melangkahkan alunan kakinya menuju kamar Diah .
Bu
Sarah :“Nak ,bukakan pintunya…
Mbok-mbok tolong Ambilkan duplikat kunci kamar Diah mbok “( nada khawatir )
Mbok Yah :“Ini Nyah” (menyerahkan kunci)
Ternyata
di dalam kamar tak ada Diah.
Bu Sarah :“Diah...diah dimana kamu nak?” (melirik ke arah jendela)
Mbok Yah :“Nyah, mungkin non Diah keluar lewat jendela”
Bu
Sarah :“Tidak mungkin mbok ,lantai
ini tinggi dan Diah takut akan ketinggian” (melangkah ke arah balkon)
Babak
5
Saat
pelajaran sedang berlangsung.
Pak Guru :“Pelajaran hari ini dicukupkan sekian, besok kita akan
adakan ulangan”
Anton :“aaahhhh
apaan pak,gak asyik banget tiba-tiba ulangan”
Pak Guru :“Ya sudahlah terima saja, Ton“(terpasang wajah serius)
Raras
:“Biasa Pak kalau murid yang
agak tulalit kan takut kalau ketemu ulangan “ (menyindir dengan wajah bercanda)
semua murid :“hahahahaha” (terbahak-bahak mengarah Anton)
Pak
Guru :“Raras, bagaimana keadaan
Diah sekarang ?kenapa sampai saat ini dia belum juga masuk sekolah ?”(memotong
tertawaan siswa)
Raras
:“Kemarin kita sudah mencoba
kerumahnya pak, tapi Diah tak keluar kamar sampai kita pulang dari rumahnya
.”(wajahnya bersedih)
Anton :“
iya pak i miss she”
Babak 6
Dokter :“Hallo,
apakah ini keluarga dari pasien yang bernama Pak Alif ?”
Mbok Yah :“Nggih, benar ini siapa yoo?”
Dokter
:“Kami dari rumah sakit ,ingin
memberikan kabar… bahwa Pak alif… telah mengembuskan nafas terakhirnya”
Mbok
Yah :“Innalillahiwainnalillahiraji’un
“ (tubuhnya bergemetar ,telepon yang digenggam terjatuh )
Mbok Sarah :“Ada apa Mbok ? “
Mbok Yah : “aaa...aaanuuu Nyah”
Mbok Sarah :“anu apa sih mbok ? “
Mbok Yah :“Tuan Alifff Nyah “
Mbok Sarah :“Kenapa dengan bapak ,Mbok? “
Mbok Yah :“Pak Aliff telah tiada” (dengan terbata-bata)
Mendengar
itu Bu Sarah pingsan
Mbok Yah : “ Nyah..Nyahhhhhh sadar nyah ?”
Babak 7
Diah
ketakutan dengan apa yang telah ia perbuat, ia kembali ke kamarnya melalui
jendela yang tinggi itu.
Diah
:“Maafkan aku Ayah, mengapa
aku bisa melakukan hal itu mengapa bisa... “ (ucapnya dalam hati dengan
perasaan sangat terpukul)
Diah
:“Pushiii...Pushiii”
(sambil melirik ke arah kanan dan ke kiri seraya menggigit kucing itu dengan
perlahan)
Babak 8
Didekapnya
suami yang sangat dicintai itu, wajahnya pucat, putih bagaikan kapas. Air mata
terus mengalir membasahi pipi indah Bu Sarah .
Mbok
Yah :“Yang sabar Nyah,mungkin ini
sudah menjadi takdir . Kasihan bapak sudah menahan rasa sakit itu hingga
berbulan-bulan”
Bu Sarah :
(termenung dalam pelukan)
Mbok
Yah :“Nyah, mbok izin pulang dulu
yah mau memberitahu non Diah.” (sambil melangkah pergi)
Bu
Sarah : (menganggukan kepala)
Babak 9
Didepan
pintu rumah megah itu, Mbok teringat akan kebahagiaan masa lalu yang
menyelimuti keluarga Pak Alif, Rumah yang selalu ada canda dan tawa ,kini
semuanya terhalang oleh kabut hitam,entah apa yang membuat semuanya seperti
ini. Dengan nafas terdesa-desa menuju kamar.
Mbok Yah :“non...
apa yang non lakukan...” (kaget)
Diah : (melirik
sinis Mbok)
Mbok Yah :“Apa
yang akan Non lakukan ?”
Diah :
(menghampiri Mbok)
Mbok
Yah :”Nonn.. nonn.. Mau apa..?”(dengan
berjalan mundur mencoba menghindar dari
hadapan Diah)
Spontan
mbok Yah lari menuju keluar rumah dengan jantung berdebar-debar, namun Diah tiba-tiba melesat berada dihadapan Mbok
yah, digengamnya kedua bahu Mbok Yah , apa daya Mbok Yah tak dapat berkutik
sedikit pun, ia tergelatak meninggalkan bekas gigitan dilehernya seperti apa
yang dialami Pak Alif.
Diah :“apa yang sudah saya lakukan”(
perasaan sesal memenuhi hatinya,dengan berjalan mundur sambil tersedu-sedu) “Ayah,
Pushi, dan Sekarang Mbok Yah? Ya Tuhan maafkan aku” (air matanya mengalir deras)
Ucapannya
terpatah-patah melihat tubuh Mbok Yah mulai memucat karena darahnya habis
dihisap oleh Diah.Tanpa disadari dari langkahnya terus memundur menjauhi mayat
itu. Langkahnya sudah berada di tepi tangga dan tak disadari Diah pun terjatuh,
BRUKKKK..........
ia pun terjatuh,badannya terkapar diatas lantai.
Diah :“aauuuuuuuuuuuu...
loh ko?” (kebingungan sambil sesekali memegang tubuhnya )
Diah
pun seketika itu berdiri kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar, menuju
kamar orang tuanya untuk memastikan keadaan ayah dan ibunya baik-baik saja.
Kerongkongannya terasa kering, ia mengambil segelas air, dilihatnya si Mbok
yang tertidur pulas disebuah kamar dengan pintu terbuka didekat dapur, dimana
ia sedang mengambil air. Diah
sangat menyayangi mbok yang ia anggap sebagai neneknya sendiri, langkahan
kakinya terus mengalun ke sebuah kamar besar ,yaitu kamar Diah. Ia membuka
jendela, keadaan luar ternyata masih gelap hanya ada bulan dan bintang yang
meneranginya. Lalu ia pun kembali berbaring diatas kasur empuknya memeluk
Pushi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar