TUGAS CERITA PENDEK
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas bahasa indonesia
Disusun oleh:
Ika Oktavianti
Meilisa Dewi Kharisma
Rostika Nurlaela Nova Maya Sofa
Sania Amelia Rahmawati
SMAN 1 BALEENDAH
Buaian Malam
Matahari belum menampakan dirinya seolah tahu tragedi
tadi malam. Beberapa tikus baru saja kehilangan nyawanya. Jika ini adalah di
hutan, maka mungkin itu hal yang wajar. Tapi kejadian itu berasal dari rumah
megah yang setiap sudutnya tidak memungkinkan tikus untuk berkembang biak.
Serangkaian kejadian aneh pun mengiringi hari-hari yang tak wajar itu. Ada yang berbeda dengan Diah. Keceriaan yang
selalu menyelimuti hidupnya kini tak tampak lagi. Dia lebih memilih mengurung
diri dikamar. Mungkin dunianya telah teralihkan oleh kamarnya itu.
“sampai saat ini, non Diah masih gemetar jika melihat
darah. Non Diah juga belum mau keluar kamar sejak kejadian itu padahal kejadian
itu sudah lumayan lama berselang .” ucap mbok Yah sedikit berbisik pada
teman-teman Diah yang datang ke rumah siang itu.
“ kalau begitu tolong sampaikan salam kami pada Diah ya
mbok. Tolong sampaikan juga pada Diah, Bahwa kami sangat merindukannya dan kami
berharap agar ia dapat kembali bersekolah seperti dulu.” Ucap salah seorang
teman Diah sekaligus menutup obrolan mereka dengan mbok Yah.
Tersungging senyuman kecil dari bibir mbok Yah yang
seraya menggangguk taklim sebagai isyarat mengiyakan amanah dari teman-teman
Diah. Bagi teman-teman Diah, hari itu masih sama seperti hari-hari sebelumnya.
Nihil, tak ada informasi apapun yang bisa mereka bawa pulang untuk dilaporkan
kepada pihak sekolah pada keesokan harinya.
Siang itu semuanya pulang, kecuali Raras. Ia masih
mempertahankan duduk manisnya dalam dekapan sofa ruang tamu. Tak ada
tanda-tanda Raras untuk beranjak, dan itu mengundang mbok Yah untuk melangkah
mendekatinya.
“ Sudah berapa lama Diah tak keluar kamar mbok ? “ belum
sempurna pantat mbok Yah menyentuh tempat duduk, kalimat itu mendahului
semuanya.
“ eh.. anu non, sudah sejak bapak masuk rumah sakit
sekitar tiga bulan yang lalu.” , jawab mbok Yah dengan logat jawa yang kental.
“lalu mengapa sampai saat ini Diah belum mau masuk
sekolah, mbok ? “ lanjut Raras dengan nada penasaran.
“ mbok juga tidak tahu non, sampai saat ini non Diah
tidak pernah menjawab pertanyaan mbok” jawab mbok Yah.
***
Mobil itu melaju dengan kencangnya, mengantarkan anak dan
ayah didalamnya dan berbincang dengan akrabnya. Tiba-tiba pembuluh darah yang
ada dihidung ayahnya pecah. Tetesan darah mulai mengenai bajunya yang putih.
Mobil silver yang dikendarainya oleng dan tetesan darah berceceraan
dimana-mana.
***
“ sebenarnya apa penyebab dari kecelakaan itu mbok ?”
tanya Raras.
“ entahlah, menurut polisi dilehernya terdapat dua lubang
seperti gigitan ular” balas mbok Yah.
“ mana bisa ular masuk ke dalam mobil ? Sepertinya ada
yang sengaja mau mencelakakan Pak Rudi dan Diah ”
“tapi siapa yang mau mencelakakan tuan Rudi dan non Diah,
mereka sangat baik pada semua orang dan
mbok rasa tuan Rudi dan non Diah tidak mempunyai musuh” jawab mbok Yah
“mungkin ada yang sirik mbok,”
“tidak tahu juga non, non hari sudah larut sebaiknya
pulang takutnya orang tua non kwatir”
“iya sudah ya mbok, Raras pulang dulu takut ibu kwatir.
Semoga secepatnya Diah mau keluar ya mbok” beranjak dari sofa ,meninggalkan
rumah megah itu.
---
Hari itu
cuaca begitu cerah ,namun rumah megah itu terlihat bagaikan mendung yang
meyelimuti bumi, Si mbok yang setia terhadap keluarga pak alif selalu membantu
setiap pekerjaan keluarga tersebut, subuh itu seperti biasanya si mbok bangun
lebih awal untuk melaksanakan semua pekerjaannya,sebelum beraktivitas si mbok mengambil
air wudhu untuk sholat. Selesai sholat ketika hendak membawa peralatan
kebersihan di belakang
“Aaa...” teriak si mbok terkejut melihat bangkai tikus
berserakan dimana-mana,
“Apa yang terjadi, kenapa banyak bangkai tikus di sini
padahal selama ini tempat ini selalu mbok bersihkan” ucap mbok yah dalam hati.
‘ Rupanya teriakan mbok Yah membangunkan nyonya rumah itu.
Dengan mata yang sayu menahan kantuk, bu Sarah berkata “ ada apa sih mbok ?
teriak teriak kayak ada maling “
Mbok Yah menunjukan bangkai tikus yang berserakan sebagai
alibi teriakannya tersebut.
“mengapa
bisa seperti ini mbok ? “ tanya bu Sarah dengan kaget melihat keadaan ruangan
itu
“Si mbok juga kurang tau Nyah “ . jawab si mboh , mukanya ketakutan dan
penasaran . Setelah kejadian itu Bu Sarah melangkahkan alunan kakinya menuju
kamar Diah .
“nak
,bukakan pintunya “ ucap bu Sarah menggedor-gedorkan pintu ,ucapan tersebut
terulang hingga puluhan kali tapi tak ada suara yang menjawabnya. Bu Sarah
begitu khawatir melihat keadaan anaknya yang menjadi seperti ini.
“Mbok-mbok
“ teriak Bu Sarah didepan pintu kamar anaknya ,Tak lama kemudian si Mbok pun
menghampiri Nyonya Sarah.
“Tolong
Ambilkan duplikat kunci kamar Diah mbok “ ,dengan bergegas mbok mengambil kunci
itu dan membuka pintu .Ternyata didalam kamar tak ada Diah disana ,sudut-sudut
ruangan hanya ada barang,tak ada Diah diruangan besar itu.
“Diah...diah
dimana kamu nak?” teriak Bu Sarah dengan panik seraya melirik ke arah
jendela,hanya tiupan angin yang berhembus lewat jendela meniup tirai jendela
menjadi bergelombang .
“Nyah,mungkin
non Diah keluar lewat jendela”
“Tidak
mungkin mbok ,lantai ini tinggi dan Diah takut akan ketinggian” jawab Bu Sarah
menuju ke arah balkon untuk memastikan anaknya yang tidak mungkin melewati
bangunan setinggi ini.
---
“Pelajaran
hari ini dicukupkan sekian ,besok kita akan adakan ulangan” ucap Pak Guru
kepada semua murid yang ada dikelas.
“aaahhhh
apaan pak,gak asyik banget tiba-tiba ulangan “ jawab Anton salah satu murid
yang paling pecicilan .
“Ya
sudahlah terima saja,ton “ jawab Pak Guru dengan wajah serius.
“Biasa
Pak kalau murid yang agak tulalit kan takut kalau ketemu ulangan “ Raras
menyindir Anton ,dengan wajah bercanda
“hahahahaha”
semua murid dikelas tertawa terbahak-bahak mengarah Anton.
“Raras,Bagaimana
keadaan Diah sekarang ?kenapa sampai saat ini dia belum juga masuk sekolah ?”
ucap Pak Guru memotong tertawaan siswa.
“Kemarin
kita sudah mencoba kerumahnya pak,tapi Diah tak keluar kamar sampai kita pulang
dari rumahnya .”jawab raras ,wajahnya bersedih mengingat keadaan sahabatnya.
---
“Hallo
,apakah ini keluarga dari pasien yang bernama Pak Alif ?” suara itu keluar dari
telepon rumah megah itu.
“Nggih,benar
ini siapa yoo?” jawab pembantu
“Kami
dari rumah sakit ,ingin memberikan kabar bahwa Pak alif telah mengembuskan
nafas terakhirnya” ucap salah satu perawat rumah sakit.
“Innalillahiwainnalillahiraji’un
“ tak sengaja telepon itu terjatuh ,setelah bergemetar mendengar kabar buruk
itu.
“Ada
apa Mbok ? “tanya Bu Sarah yang tiba-tiba datang dihadapan si Mbok
“aaa...aaanuuu
Nyah” bingung apa yang harus ia ucapkan
“anu
apa sih mbok ? “ penasaran melihat sikap aneh mbok
“Tuan
Alifff Nyah “
“Kenapa
dengan bapak ,Mbok? “ Kemudian Mbok menjelaskan apa yang telah didengar tadi . Tak
lama mendengar perkataan si Mbok ,Bu Sarah pingsan dihadapan si Mbok
.
---
Diah ketakutan,dengan apa yang telah ia perbuat , ia
kembali ke kamarnya melalui jendela yang tinggi itu,meski mustahil mengapa dia
bisa lewat melalui bangunan tinggi itu.
“Maafkan aku Ayah, mengapa aku bisa melakukan hal itu
mengapa bisa... “ ucapnya dalam hati dengan perasaan sangat terpukul.
“Pushiii...Pushiii “
sambil melirik ke arah kanan dan ke kiri untuk mengetahui keberadaan
pushi. Pushi adalah sebutan untuk kucing peliharaannya. Tak lama pun pushi
menghampiri Diah,dipeluknya pushi dengan kasih sayang Diah. Tiba-tiba perasaan
itu datang kembali,ia bergemetar ,ia mencoba menahan perasaan itu agar tidak
melakukan kembali hal yang serupa .Tapi apa daya , Diah tak sanggup lagi dengan
aroma darah setiap makhluk hidup.
---
Didekapnya suami yang sangat dicintai itu, wajahnya
pucat, putih bagaikan kapas. Air mata terus mengalir membasahi pipi indah Bu
Sarah .
“Yang
sabar Nyah,mungkin ini sudah menjadi takdir . Kasihan bapak sudah menahan rasa
sakit itu hingga berbulan-bulan”
Hanya
suara tangis yang didengar,Bu Sarah tak mengeluarkan sepatah kata apapun untuk
menjawab nasihat si mbok.Sekilas Mbok teringat Diah ,ia lupa memberitahu non
Diah, mbok pun meminta izin kepada nyonya Sarah untuk pulang, mbok pun bergegas
pulang untuk memberi tahu non Diah.
Didepan
pintu rumah megah itu,Mbok teringat akan kebahagiaan masa lalu yang menyelimuti
keluarga Pak Alif,Rumah yang selalu ada canda dan tawa ,kini semuanya terhalang
oleh kabut hitam,entah apa yang membuat semuanya seperti ini.
Dengan
nafas terdesa-desa menuju kamar Diah ,terdengar suara jeritan kucing yang
berasal dari kamar non Diah ,tanpa berpikir panjang Mbok segera membuka pintu
kamar Diah.
“non... apa yang non lakukan...” teriak mbok Yah di depan
pintu dengan perasaan kaget melihat apa yang sedang dilakukan Diah,tubuh Mbok
Yah bergemetar ,jantungnya semakin bedetak kencang mengamati Diah yang
pelan-pelan menghampirinya.
“Apa yang akan Non lakukan ?” dengan berjalan mundur Mbok
mencoba menghindar dari hadapan Diah yang semakin lama semakin mendekat.
Spontan mbok Yah lari menuju keluar rumah dengan jantung
berdebar-debar ,Namun Diah tiba-tiba
melesat berada dihadapan Mbok yah , digengamnya kedua bahu Mbok Yah , apa daya
Mbok Yah tak dapat berkutik sedikit pun ,ia tergelatak meninggalkan bekas gigitan
dilehernya seperti apa yang dialami Pak Alif.
“apa yang sudah saya lakukan” perasaan sesal memenuhi
hatinya,dengan berjalan mundur ia tersedu-sedu.
“Ayah,Pushi,dan Sekarang Mbok Yah? Ya Tuhan maafkan aku”
air matanya mengalir deras ,ucapannya terpatah-patah melihat tubuh Mbok Yah
mulai memucat karena darahnya habis dihisap oleh Diah.Tanpa disadari dari langkahnya
terus memundur menjauhi mayat itu. Langkahnya sudah berada di tepi tangga dan
tak disadari Diah pun terjatuh,
BRUKKKK.......... ia pun terjatuh,badannya terkapar diatas
lantai.
“aauuuuuuuuuuuu...”
tubuhnya terasa sakit dengan keringat yang begitu banyak,matanya sayup, penglihatannya
pun tak begitu jelas. Ia bingung akan keadaan sekitar yang begitu berbeda,semua
berubah menjadi ruangan dengan meja belajar,televisi 32 in,dan laptop .
Diah
pun seketika itu berdiri kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar, menuju
kamar orang tuanya untuk memastikan keadaan ayah dan ibunya baik-baik saja. Kerongkongannya
terasa kering,ia mengambil segelas air ,dilihatnya si Mbok yang tertidur pulas
disebuah kamar dengan pintu terbuka didekat dapur ,dimana ia sedang mengambil
air.
Ternyata
si Mbok baik-baik saja,Diah sangat menyayangi mbok,yang ia anggap sebagai
neneknya sendiri, Langkahan kakinya terus mengalun ke sebuah kamar besar ,yaitu
kamar Diah .ia membuka jendela ,keadaan luar ternyata masih gelap hanya ada
bulan dan bintang yang meneranginya. Lalu ia pun kembali berbaring diatas kasur
empuknya memeluk Pushi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar