Pada akhir abad 18
Sebagai salah satu masyarakat di
Minangkabau, saya merasa miris melihat keadaan sebagian besar masyarakat
Minangkabau kini jauh dari ajaran-ajaran islam. Mereka masih memegang teguh
adat kebiasaan yang cenderung bertentangan dengan agamanya. Tapi pada hari ini
ada seorang ulama dari Kampung Kota Tua di daerah Agam yang meluruskan kembali
praktik- praktik ajaran agama islam. Kami memanggil ulama itu dengan sebutan
Tuanku Kota Tua. Beliau menunjukan bagaimana seharusnya seorang muslim hidup
yang sesuai dengan al-qur’an dan hadits. Sedikit demi sedikit masyarakat
minangkabau mulai meninggalkan adat kebiasaan dan digantikannya dengan al-quran
dan sunah rasul. Saya mengenal salah satu murid terbaik Tuanku kota tua, yaitu Tuanku nan
Renceh.
Tahun 1803
Beberapa
hari yang lalu datang tiga orang ulama yang baru saja pulang haji dari tanah
suci Mekah. Nama mereka adalah Haji miskin, haji sumanik, dan haji piabang.
Kami belajar banyak tentang agama islam dari beliau-beliau. Sehingga portugis menamai
kami dengan istilah padre yang berarti bapak karena biasanya gelar ini
diberikan kepada pendeta. Tetapi mungkin portugis menamai kami padre menunjuk
kepada orang-orang islam yang memakai pakaian putih. Masyarakat minangkabau
lebih suka menyebutnya dengan istilah kaum padri.
Tetapi pada hari ini terdapat pertentangan
di masyarakat minangkabau. Ada beberapa orang yang tidak ingin meninggalkan
adat kebiasaan yang sudah melekat. Kelompok itu kami namai dengan kaum adat.
Adanya dua kelompok dalam masyarakat minangkabau ini menimbulkan terjadinya
bentrokan-bentrokan.
10 februari 1821
Saya tidak bisa menerima keputusan salah
satu tokoh kaum adat yakni Tuanku Suruaso dan 14 Penghulu minangkabau yang
mengadakan perjanjian dengan Du Puy, residen pemerintah hindia belanda di
Minangkabau. Kabarnya perjanjian itu membuat beberapa daerah diduduki Belanda.
18 februari 1821
Tindakan belanda pada kali Ini tidak dapat
dimaafkan oleh kaum padri. Daerah simawang ditempatkan dua meriam dan 100
serdadu Belanda. Hal ini jelas mengancam kedaulatan masyarakat minangkabau.
Kaum padri memutuskan akan segera menyerang Belanda.
Fase Pertama (1821-1825)
Bulan september 1821
Bulan september 1821 ini adalah hari pertama kami mulai
melakukan serbuan dan pencegatan kepada patroli patroli Belanda. Penyerburan
itu dimulai dari pos-pos Simawang, Soli Air, sampai sipinang. Setelah itu
Tuanku Pasaman mengadakan serangan dengan menggerakan sekitar 20.000 sampai
25000 pasukan di sekitar hutan di sebelah timur gunung. Kami hanya menggunakan
senjata tradisional seperti tombak dan parang. Sedangkan belanda dengan
kekuatan 200 orang serdadu eropa di tambah sekitar 10000 pasukan orang pribumi
termasuk juga kaum adat, menggunakan senjata senjata lebih lengkap dan modern
seperti meriam dan senjata api lainnya. Pertepuran yang terjadi ini memakan
banyak korban. Di pihak kami kehilangan 350 orang prajurit termasuk putra
Tuanku pasaman. Dengan sisa pasukan, kami kemudian mengundurkan diri ke Lintau.
Dari pihak belanda pun sama tidak sedikit kehilangan pasukannya, tetetapi
pasukan belanda telah berhasil menguasai seluruh lembah tanah datar, kemudian
mendirikan benteng di batusangkar.
Perlawanan
kami muncul di berbagai tempat. tuanku pasaman memusatkan perjuangannya di
lantau dan tuanku Nan Receh memimpin pasukannya di sekitar Baso. Pasukan tuanku
Nan Receh harus menghadapi pasukan belanda di bawah pimpinan kapten Goffinet.
Bulan september 1822-1823
Serangan-
serangan kami telah meluas di seluruh minangkabau. Bulan september 1822 kami
berhasil mengusir Belanda dari sungai puar, guguk sigandang dan tajong Alam.
Menyusul kemudian di bonio kami harus menghadapi pasukan PH.Marinus. Pada tahun
1823 pasukan kami berhasil mengalahkan tentara belanda di Kapau. Pemimpin yang
terkenal dengan kegigihannya memimpin kami untuk melawan kekejaman dan
keserakahan Belanda di minangkabau yaitu Peto Syarif namun lebih terkenal
dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
Pada tanggal 26 januari 1824
Mungkin
Belanda merasa kewalahan dalam melawan kami, maka belanda mengambil strategi
damai. Pada tanggal 26 januari 1824 tercapailah
perundingan damai antara belanda
dengan kaum padri di wilayah alahan panjang yang dikenal dengan perjanjian
Masang. Tuanku Imam bonjol juga tidak keberatan dengan adanya perjanjian damai
tersebut. Akan tetapi Belanda justru memanfaatkan perdamaian tersebut untuk
menduduki daerah-daerah lain. Belanda juga memaksa Tuanku mensiangan dari kota
lawas untuk berunding tetapi ditolak. Tuanku mensiangan justru melakukan
perlawanan tetapi Belanda lebih kuat bahkan pusat pertahanan di bakar dan
Tuanku mensiangan di tangkap.
Tindakan
belanda itu telah menimbulkan amarah kaum padri alahan panjang dan menyatakan
pembatalan kesepakatan dalam perjanjian Masang. Tuanku Imam Bonjol
menggelorakan kembali semangat untuk melawan belanda. Dengan demikian
perlawanan kaum padri masih terus berlangsung di berbagai tempat.
Fase kedua (1825-1830)
Perjalanan dari tahun 1825 sampai 1830 merupakan
peristiwa penting yang terjadi di luar Sumatera Barat. Belanda menggunakan
tahun tersebut sebagai sebagian strategi dalam menghadapi perlawanan kami di
Sumatera Barat. Mereka gunakan untuk mengendorkan ofensifnya dalam perang
dengan upaya damai.Salah satu kolonel Belanda yang merupakan penguasa sipil dan
militer di Sumatera Barat yakni Kolonel De Stuers mencoba mengadakan kontak
dengan tokoh-tokoh kami untuk menghentikan perang.
Tentu kami menghiraukan ajakannya. Ia meminta
bantuan kepada Sulaiman Aljufri seorang saudagar keturunan Arab untuk membujuk
para pemuka kami agar dapat berdamai. Kemudian Sulaiman Aljufri menemui Tuanku
Imam Bonjol, namum beliau tolak. Akhirnya Sulaiman Aljufri menemui Tuanku
Lintau, sayangnya beliau merespon ajakan itu dan didukung Tuanku Nan Renceh.
15 November 1825
Hari ini Perjanjian Padang ditandatangani.
Isi perjanjian tersebut diantaranya:
1. Mereka mengakui kekuasaan pemimpin kami di
Batusangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam, Bukittinggi dan menjamin pelaksanaan
sistem agama di daerah tersebut
2. Diantara kami tidak akan saling menyerang
3. Diantara kami akan melindungi pedagang dan orang
yang sedang melakukan perjalanan
4. Secara bertahap, mereka akan melarang praktik adu
ayam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar