DATA
DIRI
Nama lengkap : Rostika
Nurlaela Nova Maya Sofa
Nama panggilan : Rostika
atau Nova
Tempat, tanggal lahir : Garut, 3
November 1997
Kelas : X
matematika sains 3
Sekolah :
SMAN 1 Baleendah
Asal Sekolah : SMPN 1
Cisewu dan SDN Cisewu 05
Agama : Islam
Cita-cita : Dosen dan Ilmuwan
Alamat :
Jl. RAA Wiranata Kusumah RT/RW. 01/17
Anak ke : 2 (
dua )
Nama Ayah : Drs.
Tori M.M.Pd.,
Nama Ibu : Titin
Rostini S.Pd.,
Kutipan :
Masa depan merupakan hasil ikhtiar sekarang
Hobi :
Membaca kata-kata motivator dan islami
BIOGRAFI
IBNU HAYTHAM
Ibnu
al-Haytham dilahirkan di Basra, Irak H/965M
dan wafatnya di Kairo, Mesir pada tahun 430 H /1038 M. Dengan nama lengkap Ibnu
Al-Haytham adalah Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haytham Al-Basri, Al-Misri. Namun
masyarakat Barat menyebutnya Al-Hazen, Avenalan, Avenetan, atau Al-Hazen
Al-Haytham.
Ibnu Al-Haytham
dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan dunia ilmu pengetahuan. Kecintaan
pada ilmu pengetahuan membawanya hijrah ke Mesir . Dengan tujuannya yaitu untuk mendapatkan uang tambahan dalam
meneruskan pendidikannya di Universitas al-Azhar. Al-Haytham melakukan penelitian tentang aliran
sungai Nil, sebelum kemudian memutuskan membuat sebuah mesin pengatur aliran
sungai untuk mencegah banjir. Belajar yang dilakukannya
secara otodidak justru membuatnya menjadi seorang yang mahir dalam bidang ilmu
pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Dialah
orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Ia pernah sezaman
dengan para ilmuwan muslim kenamaan lainnya, yaitu Abu al-Wafa’ Buzjani
Naisaburi, Abudur- Rahman ash-Shufi ar-Razi, dan Abu Sahl Kuhestani Tabristani.
Pernah dikenal sebagai sufi dan memiliki kesetiaan terhadap syariat. Pada masa
akhirnya sempat menetap di Maroko.
Ia adalah sarjana
muslim yang cukup disegani di Timur maupun Barat. Dia menyumbangkan ilmunya
sejak abad 11 sampai 20. Dia memberi konstribusi besar dalam bidang matematika
dan astronomi, namun dalam bidang fisikalah ia mencapai prestasi yang mencolok.
Dia adalah seorang pengamat eksak, seorang peneliti, juga ahli teori.
Ia adalah ahli fisika
dan matematikawan terbaik pada abad XI. Selain itu ia tercatat sebagai ahli
fisika muslim pertama. Ia tumbuh dan pernah bekerja sebagai sekretaris pada
bagian gubernur. Kemudian berhenti dan terjun ke dunia ilmu dan menjadi seorang
pengarang. Ia menulis hampir dua ratus buku ilmiah. Namun hanya sedikit dari
karya ilmiahnya yang bertahan hingga sekarang, bahkan sebagian besar telah
hilang .
Pandangannya mengenai filsafat amat menarik untuk dikaji
hingga saat ini. Bagi Ibnu Haitham, filsafat tidak dapat dipisahkan dari ilmu
matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus
dikuasai. Dan untuk menguasainya seseorang perlu menggunakan waktu mudanya
dengan sepenuhnya. Apabila umur makin meningkat, kekuatan fisikal dan mental
akan turut mengalami kemerosotan. Ibnu Haitham membuktikan dirinya begitu
bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku
yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini.
Sumbangan Ibnu Haytham
kepada ilmu sains dan filsafat sangat banyak. Karena itu, Ibnu Haytham dikenal
sebagai seorang yang miskin materi, tetapi kaya akan ilmu pengetahuan. Beberapa
pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Menjelang akhir
hayatnya, Ibnu Haytham menjadi pengajar di Suriah dan menuliskan karyanya dalam
manuskrip. Menurut dokumentasi Ibnu Abi Usaybi’ah terdapat 182 judul manuskrip.
Semuannya ditulis saat Ibnu al-Haytham menetap di Basra dan Kairo Mesir. Yang
sangat menyedihkan dan sayangkan, setelah Ibnu al-Haytham meninggal
banyak karyanya yang hilang dan kontribusi keilmuannya diklaim ilmuan Barat.
KARYA
IBNU HAYTHAM
Beliau
berhasil menulis banyak buku dan makalah, antara lain :
1. Al-Manasit, kamus optika
Buku ini
menggabungkan metode ekperimental, induktif, matematis, yang berhasil mendobrak
kesalahan teori optika yang dikembangkan oleh Ptolemeus. Dan buku ini juga yang
mempengaruhi study optika yang dilakukan oleh Keppler. Ia juga yang menemukan
prinsip kelembanian /inersia yang kemudian oleh dunia barat dikaitkan dengan
nama Galileo.
Ia pernah melakukan percobaan terhadap kaca yang
dibakar yang kemudian menghasilkan teori Lensa Pembesar. Ini pada saat Ibnu
Haytham yang mendirikan laboraturium optik berhasil menemukan rumus-rumus ilmu
optik dan geometri. Para penulis Abad pertengahan yang ingin memperdalam
pengetahuan ilmu mata sering menggunakan buku ini sebagai pegangan seperti yang
dilakukan oleh Roger Bacon dan Johann Keppler. Teori Ibnu Haytham tentang kaca
lensa pembesar baru dapat diwujudkan tiga abad kemudian di Italia.
2. Maqalah fi Istikhraj Simat Al-Qiblah, mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau;
Dalam karya yang
berjudul Maqalah fi Istikhraj Simat al-Qiblah merupakan pembahasan tentang
teorema cotangen. Karyanya Dzawahir al-Fasaq, yang hilang karena dibakar oleh
kardinal Cisneros di Spanyol, tetapi beruntung telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, On Twilight Phenomena. Ibnu Haytham telah menghitung dan
menetapkan senjakala astronomis dimulai dan berakhir, ketika ketinggian
atmosfer Bumi pada 52.000 kaki atau 16.090. Kemudian dia juga secara cermat
menjelaskan pembiasan atmosferik dan tambahan diameter. Matahari dan bulan yang
tepat pada saat berada dekat horizon.
3. Al-Manazhir
Keberhasilan lainnya
yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan
manusia secara detail. Tak heran, jika 'Bapak Optik' dunia itu
mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil
bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, al-Haitham mampu
menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat. Teori yang
dilahirkannya juga mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan
Yunani, Ptolemy dan Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa
melihat karena ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan
keduanya, al-Haitham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek
yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga
bisa terlihat. Persoalan lainnya seperti jarak, posisi, transparansi keburaman,
lamanya memandang, dan kondisi mata.
Secara detail, Al-Haytham
pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga
kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detail bagian dan fungsi
mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan
masing-masing terhadap penglihatan manusia. Hasil penelitian Haytham itu
kemudian dikembangkan Ibnu Firnas di Spanyol dengan membuat kaca mata.
Ia berpendapat, sinar
cahaya bergerak mulai dari objek dan jalan menuju mata. Benda akan terlihat
karena memantulkan sinar ke dalam mata. Retina mata adalah tempat penglihatan
bukan yang mengeluarkan cahaya. Konsep ini menjadi landasan
penelitian-penelitian selanjutnya tentang cermin, lensa, refraksi, kamera,
fisiologi, dan penyakit mata.
4.
Maqalah fi Hay’at al-‘Alam
Karya Ilmiah yang
mengulas tentang astronomi itu diterjemahkan ke dalam tiga bahasa latin hingga
abad ke 18. Ia menggunakan metode astronomi untuk menentukan garis lintang dan posisi
koordinat suatu tempat. Metode itu masih digunakan sampai sekarang. Ia juga
mahir menggunakan jamain untuk menentukan waktu
5.
Maqalah fi Dhaw’al-Qamar , Karya tentang cahaya, warna, gercik langit.
Selama di spanyol
Ibnu Haytham melakukan percobaan dan penelitian ilmiah . Penemuannya yang
terkenal adalah “hukum pembiasan” yaitu hukum fisik yang menyatakan bahwa sudut
pembiasan dalam pancaran cahaya sama dengan sudut masuk menurut pandangan Ibnu Haytham.
Beliau berpendapat bahwa cahaya merah di kaki langit di waktu pagi (fajar)
bermula ketika matahari berada di 19 derajat ufuk timur di bawah kaki langit.
Sementara cahaya warna merah di kaki langit di waktu senja (syuruk) akan hilang
apabila matahari berada 19 derajat ufuk barat di bawah kaki langit selepas
jatuhnya matahari. Hukum ini dikenal dengan nama “hukum pembiasan Snell. Ia juga
menetapkan ketinggian atmosfer bumi pada 52,000 kaki atau 16,090 meter.
6.
Fi al-Maraya al-Muhriqah bi al-Quthu , karya tentang cermin-cermin parabolik,
Ibnu al-Haytham
menyimpulkan bahwa pada cermin parabola semua sinar dikonsentrasikan pada
sebuah titik. Dan dari penemuannya ini Haytham menyebutkan bahwa cermin
parabola merupakan cermin pembakar yang terbaik.
7.
Fi Surat Al-Kusuf ,
karya pertama tentang penggunaan kamera obskura.
Penemuan itu berawal
ketika Haytham mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Haytham
membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata
diproyeksikan melalui permukaan datar.
Istilah kamera obscura yang ditemukan Haitham pertama kali diperkenalkan di
Barat oleh Joseph Kepler (1571 M - 1630 M). Terinspirasi kamera obscura dari Haytham, pada tahun 1827 Joseph
Nicephore Niepce di Prancis mulai menciptakan kamera permanen. Sekitar 60 tahun
kemudian George Eastman lalu mengembangkan kamera yang lebih canggih pada zamannya.
Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan
Kitab al-Manazir
merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. Untuk
membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, Haytham lalu menyusun Al-Bayt
Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
8. Al-Jami’ fi Usul Al-Hisab, yang mengandung teori-teori ilmu matematika dan
Analisa Matematika
9. Kitab Al-Tahlil wa Al-Tarkib, mengenai ilmu geometri
10. Kitab Tahlil Al-Masa’il Al-Adadiyah, tentang algebra
11. Maqalah fima Tad’ullaih, mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum
syarak
12. Risalah fi Sina’at Al-Syi’r, mengenai teknik penulisan puisi.
13. Fi al-Maraya
al-Muhriqah bi al-Dawa’ir,
14. Fi Kafiyyat ‘al-
Azhal,
JIKA AKU MENJADI IBNU HAYTHAM
Menurut
saya sosok Ibnu Haytham itu tidak pernah menyerah, cerdas, ulet, dan memiliki
rasa penasaran yang tinggi. Jadi, bagi saya apabila menjadi sosok dia saya
sangat senang dan bersyukur kepada Allah karena telah diberi kepercayaan untuk
memiliki itu semua. Seperti halnya ia yang tidak lepas dari rasa cintanya
kepada sang pencipta.
Ia selalu
mengembangkan ilmu dengan keberaniannya dalam mencoba dan terus mencoba tanpa
lelah sehingga ia berhasil menghasilkan karya yang begitu banyak dan sebagai
inspirasi bagi ilmuwan lainnya untuk menghasilkan penemuan baru tanpa lupa
dengan kewajibannya untuk meningkatkan iman dan taqwanya terhadap Allah SWt.
Ia juga sangat ahli
dalam berbagai bidang, antara lain fisika, matematika, filsafat, astronomi, dan
lain sebagainya. Karena kesungguhan dan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan
dan Allah SWt, sosok ia menjadikan motivator bagi saya untuk menggapai masa
depan menggantikan sosok ilmuwan islam yang telah wafat dan dapat
mengamalkannya di kehidupan sehari-hari dengan mengerahkan semua energi yang
saya punya untuk ikhtiar dan disertai doa. Semoga ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
akhlaknya dapat memudahkannya menggapai tujuan akhir di kehidupan abadi kelak.
Amin
SUMBER RESENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar