Rabu, 26 Maret 2014

tugas PAI Biografi Ibnu Haitam


DATA DIRI
Nama lengkap             : Rostika Nurlaela Nova Maya Sofa
Nama panggilan          : Rostika atau Nova
Tempat, tanggal lahir  : Garut, 3 November 1997
Kelas                           : X matematika sains 3
Sekolah                       : SMAN 1 Baleendah
Asal Sekolah               : SMPN 1 Cisewu dan SDN Cisewu 05
Agama                         : Islam
Cita-cita                      : Dosen dan Ilmuwan
Alamat                                    : Jl. RAA Wiranata Kusumah RT/RW. 01/17
Anak ke                       : 2 ( dua )
Nama Ayah                 : Drs. Tori M.M.Pd.,
Nama Ibu                    : Titin Rostini S.Pd.,
Kutipan                       : Masa depan merupakan hasil ikhtiar sekarang
Hobi                            : Membaca kata-kata motivator dan islami


Description: C:\Users\Rostika\Pictures\double\161020131500.jpg
 





BIOGRAFI IBNU HAYTHAM
Description: C:\Users\Rostika\Pictures\ibnu haitham.jpg             Ibnu al-Haytham dilahirkan di Basra, Irak  H/965M dan wafatnya di Kairo, Mesir pada tahun 430 H /1038 M. Dengan nama lengkap Ibnu Al-Haytham adalah Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haytham Al-Basri, Al-Misri. Namun masyarakat  Barat menyebutnya Al-Hazen, Avenalan, Avenetan, atau Al-Hazen Al-Haytham.
Ibnu Al-Haytham dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan dunia ilmu pengetahuan. Kecintaan pada ilmu pengetahuan membawanya hijrah ke Mesir . Dengan tujuannya yaitu untuk mendapatkan uang tambahan dalam meneruskan pendidikannya di Universitas al-Azhar. Al-Haytham melakukan penelitian tentang aliran sungai Nil, sebelum kemudian memutuskan membuat sebuah mesin pengatur aliran sungai untuk mencegah banjir. Belajar yang dilakukannya secara otodidak justru membuatnya menjadi seorang yang mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Dialah orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Ia pernah sezaman dengan para ilmuwan muslim kenamaan lainnya, yaitu Abu al-Wafa’ Buzjani Naisaburi, Abudur- Rahman ash-Shufi ar-Razi, dan Abu Sahl Kuhestani Tabristani. Pernah dikenal sebagai sufi dan memiliki kesetiaan terhadap syariat. Pada masa akhirnya sempat menetap di Maroko.
Ia adalah sarjana muslim yang cukup disegani di Timur maupun Barat. Dia menyumbangkan ilmunya sejak abad 11 sampai 20. Dia memberi konstribusi besar dalam bidang matematika dan astronomi, namun dalam bidang fisikalah ia mencapai prestasi yang mencolok. Dia adalah seorang pengamat eksak, seorang peneliti, juga ahli teori.
Ia adalah ahli fisika dan matematikawan terbaik pada abad XI. Selain itu ia tercatat sebagai ahli fisika muslim pertama. Ia tumbuh dan pernah bekerja sebagai sekretaris pada bagian gubernur. Kemudian berhenti dan terjun ke dunia ilmu dan menjadi seorang pengarang. Ia menulis hampir dua ratus buku ilmiah. Namun hanya sedikit dari karya ilmiahnya yang bertahan hingga sekarang, bahkan sebagian besar telah hilang .
Pandangannya mengenai filsafat amat menarik untuk dikaji hingga saat ini. Bagi Ibnu Haitham, filsafat tidak dapat dipisahkan dari ilmu matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai. Dan untuk menguasainya seseorang perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur makin meningkat, kekuatan fisikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan. Ibnu Haitham membuktikan dirinya begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini.
Sumbangan Ibnu Haytham kepada ilmu sains dan filsafat sangat banyak. Karena itu, Ibnu Haytham dikenal sebagai seorang yang miskin materi, tetapi kaya akan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Menjelang akhir hayatnya, Ibnu Haytham menjadi pengajar di Suriah dan menuliskan karyanya dalam manuskrip. Menurut dokumentasi Ibnu Abi Usaybi’ah terdapat 182 judul manuskrip. Semuannya ditulis saat Ibnu al-Haytham menetap di Basra dan Kairo Mesir. Yang sangat  menyedihkan dan sayangkan, setelah Ibnu al-Haytham meninggal banyak karyanya yang hilang dan kontribusi keilmuannya diklaim ilmuan Barat.
KARYA IBNU HAYTHAM
            Beliau berhasil menulis banyak buku dan makalah, antara lain :
1.      Al-Manasit, kamus optika
Buku ini menggabungkan metode ekperimental, induktif, matematis, yang berhasil mendobrak kesalahan teori optika yang dikembangkan oleh Ptolemeus. Dan buku ini juga yang mempengaruhi study optika yang dilakukan oleh Keppler. Ia juga yang menemukan prinsip kelembanian /inersia yang kemudian oleh dunia barat dikaitkan dengan nama Galileo.
Ia pernah melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar yang kemudian menghasilkan teori Lensa Pembesar. Ini pada saat Ibnu Haytham yang mendirikan laboraturium optik berhasil menemukan rumus-rumus ilmu optik dan geometri. Para penulis Abad pertengahan yang ingin memperdalam pengetahuan ilmu mata sering menggunakan buku ini sebagai pegangan seperti yang dilakukan oleh Roger Bacon dan Johann Keppler. Teori Ibnu Haytham tentang kaca lensa pembesar baru dapat diwujudkan tiga abad kemudian di Italia.
2.      Maqalah fi Istikhraj Simat Al-Qiblah, mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau;
Dalam karya yang berjudul Maqalah fi Istikhraj Simat al-Qiblah merupakan pembahasan tentang teorema cotangen. Karyanya Dzawahir al-Fasaq, yang hilang karena dibakar oleh kardinal Cisneros di Spanyol, tetapi beruntung telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, On Twilight Phenomena. Ibnu Haytham telah menghitung dan menetapkan senjakala astronomis dimulai dan berakhir, ketika ketinggian atmosfer Bumi pada 52.000 kaki atau 16.090. Kemudian dia juga secara cermat menjelaskan pembiasan atmosferik dan tambahan diameter. Matahari dan bulan yang tepat pada saat berada dekat horizon.
3.      Al-Manazhir
Keberhasilan lainnya yang terbilang fenomenal adalah kemampuannya menggambarkan indra penglihatan manusia secara detail. Tak heran, jika 'Bapak Optik' dunia itu mampu memecahkan rekor sebagai orang pertama yang menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Hebatnya lagi, al-Haitham mampu menjelaskan secara ilmiah proses bagaimana manusia bisa melihat. Teori yang dilahirkannya juga mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, Ptolemy dan Euclid. Kedua ilmuwan ini menyatakan bahwa manusia bisa melihat karena ada cahaya keluar dari mata yang mengenai objek. Berbeda dengan keduanya, al-Haitham mengoreksi teori ini dengan menyatakan bahwa justru objek yang dilihatlah yang mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata sehingga bisa terlihat. Persoalan lainnya seperti jarak, posisi, transparansi keburaman, lamanya memandang, dan kondisi mata. 
Secara detail, Al-Haytham pun menjelaskan sistem penglihatan mulai dari kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata itu sendiri. Ia juga menjelaskan secara detail bagian dan fungsi mata seperti konjungtiva, iris, kornea, lensa, dan menjelaskan peranan masing-masing terhadap penglihatan manusia. Hasil penelitian Haytham itu kemudian dikembangkan Ibnu Firnas di Spanyol dengan membuat kaca mata.
Ia berpendapat, sinar cahaya bergerak mulai dari objek dan jalan menuju mata. Benda akan terlihat karena memantulkan sinar ke dalam mata. Retina mata adalah tempat penglihatan bukan yang mengeluarkan cahaya. Konsep ini menjadi landasan penelitian-penelitian selanjutnya tentang cermin, lensa, refraksi, kamera, fisiologi, dan penyakit mata.
4.      Maqalah fi Hay’at al-‘Alam
Karya Ilmiah yang mengulas tentang astronomi itu diterjemahkan ke dalam tiga bahasa latin hingga abad ke 18. Ia menggunakan metode astronomi untuk menentukan garis lintang dan posisi koordinat suatu tempat. Metode itu masih digunakan sampai sekarang. Ia juga mahir menggunakan jamain untuk menentukan waktu
5.      Maqalah fi Dhaw’al-Qamar , Karya tentang cahaya, warna, gercik langit.
Selama di spanyol Ibnu Haytham melakukan percobaan dan penelitian ilmiah . Penemuannya yang terkenal adalah “hukum pembiasan” yaitu hukum fisik yang menyatakan bahwa sudut pembiasan dalam pancaran cahaya sama dengan sudut masuk menurut pandangan Ibnu Haytham. Beliau berpendapat bahwa cahaya merah di kaki langit di waktu pagi (fajar) bermula ketika matahari berada di 19 derajat ufuk timur di bawah kaki langit. Sementara cahaya warna merah di kaki langit di waktu senja (syuruk) akan hilang apabila matahari berada 19 derajat ufuk barat di bawah kaki langit selepas jatuhnya matahari. Hukum ini dikenal dengan nama “hukum pembiasan Snell. Ia juga menetapkan ketinggian atmosfer bumi pada 52,000 kaki atau 16,090 meter.
6.      Fi al-Maraya al-Muhriqah bi al-Quthu , karya tentang cermin-cermin parabolik,
Ibnu al-Haytham menyimpulkan bahwa pada cermin parabola semua sinar dikonsentrasikan pada sebuah titik. Dan dari penemuannya ini Haytham menyebutkan bahwa cermin parabola merupakan cermin pembakar yang terbaik.        
7.      Fi Surat Al-Kusuf , karya pertama tentang penggunaan kamera obskura.
Description: C:\Users\Rostika\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\Camera_Obscura2.jpgPenemuan itu berawal ketika Haytham mempelajari gerhana matahari.  Untuk mempelajari fenomena gerhana, Haytham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. 
Istilah kamera obscura yang ditemukan Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 M - 1630 M). Terinspirasi kamera obscura dari Haytham, pada tahun 1827 Joseph Nicephore Niepce di Prancis mulai menciptakan kamera permanen. Sekitar 60 tahun kemudian George Eastman lalu mengembangkan kamera yang lebih canggih pada zamannya. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan
Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura. Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, Haytham lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
8.      Al-Jami’ fi Usul Al-Hisab, yang mengandung teori-teori ilmu matematika dan Analisa Matematika
9.      Kitab Al-Tahlil wa Al-Tarkib, mengenai ilmu geometri
10.  Kitab Tahlil Al-Masa’il Al-Adadiyah, tentang algebra
11.  Maqalah fima Tad’ullaih, mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak
12.  Risalah fi Sina’at Al-Syi’r, mengenai teknik penulisan puisi.
13.  Fi al-Maraya al-Muhriqah bi al-Dawa’ir,
14.  Fi Kafiyyat ‘al- Azhal,  

JIKA AKU MENJADI IBNU HAYTHAM
            Menurut saya sosok Ibnu Haytham itu tidak pernah menyerah, cerdas, ulet, dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Jadi, bagi saya apabila menjadi sosok dia saya sangat senang dan bersyukur kepada Allah karena telah diberi kepercayaan untuk memiliki itu semua. Seperti halnya ia yang tidak lepas dari rasa cintanya kepada sang pencipta.
Ia selalu mengembangkan ilmu dengan keberaniannya dalam mencoba dan terus mencoba tanpa lelah sehingga ia berhasil menghasilkan karya yang begitu banyak dan sebagai inspirasi bagi ilmuwan lainnya untuk menghasilkan penemuan baru tanpa lupa dengan kewajibannya untuk meningkatkan iman dan taqwanya terhadap Allah SWt.
Ia juga sangat ahli dalam berbagai bidang, antara lain fisika, matematika, filsafat, astronomi, dan lain sebagainya. Karena kesungguhan dan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan Allah SWt, sosok ia menjadikan motivator bagi saya untuk menggapai masa depan menggantikan sosok ilmuwan islam yang telah wafat dan dapat mengamalkannya di kehidupan sehari-hari dengan mengerahkan semua energi yang saya punya untuk ikhtiar dan disertai doa.  Semoga ilmu pengetahuan, pengalaman, dan akhlaknya dapat memudahkannya menggapai tujuan akhir di kehidupan abadi kelak. Amin





SUMBER RESENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar